Rabu, 07 November 2012

kebudayaan asli batik indonesia


Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telahmenjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa). Yang merupakanwarisan nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala. Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaanMajapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaanMataram, kemudian pada kerajaan Solo dan Yogyakarta.Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi turun menurun, sehingga kadang kalasuatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapatmenunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini beberapa motif batik tradisional hanya dipakaioleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuaidengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya bangsaIndonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisionaldengan ciri kekhususannya sendiri.Perempuan-perempuan Jawa dimasa lampau menjadikan keterampilan mereka dalammembatik sebagai mata pencaharian sehingga dimasa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaaneksklusif perempuan.Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik  jenis baru muncul dikenal sebagai batik cap atau batik cetak sementara batik tradisional yangdiproduksi dengan tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis.Jadi menurut teknik:
• Batik tulis adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik menggunakantangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
• Batik cap adalah kain yang dihias dengan tekstur dan corak batik yang dibentuk dengan cap (biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktukurang lebih 2-3 hari.Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat danselanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudianmenjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.Sedangkan ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas dan beberapa corak hanya boleh dipakaikalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar seperti para pedagang asingdan juga pada akhirnya para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoadan juga mempopulerkan corak phoenix (burung api). Bangsa penjajah Eropa juga berminat pada batik dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah seperti gedung atau kereta kuda termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Tetapi batik tradisional tetap mempertahankan coraknyadan masih dipakai dalam upacara-upacara adat karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.Pada awalnya baju batik kerap dikenakan pada acara resmi untuk menggantikan jas. Tetapidalam perkembangannya pada masa Orde baru baju batik juga dipakai sebagai pakaian resmi siswasekolah dan pegawai negeri (batik Korpri) yang menggunakan seragam batik pada hari Jumat.Perkembangan selanjutnya batik mulai bergeser menjadi pakaian sehari-hari terutama digunakan olehkaum wanita. Sampai akhirnya setiap pegawai harus memakai batik pada setiap hari Jumat.

Filosofis di Balik Motif Batik



Batik merupakan hasil seni budaya yang memiliki keindahan visual dan mengandung makna filosofis pada setiap motifnya. Penampilan sehelai batik tradisional, baik dari segi motif maupun warnanya, dapat mengatakan kepada kita dari mana batik tersebut berasal. Motif batik berkembang sejalan dengan waktu, tempat, peristiwa yang menyertai, serta perkembangan kebutuhan masyarakat.

Sering kali lokasi memberi pengaruh yang cukup besar pada motif batik. Meskipun berasal dari sumber atau tempat yang sama, jika berkembang di tempat yang berbeda, motifnya akan berbeda pula. Contohnya adalah motif nitik. Motif nitik sebenarnya berasal dan pengaruh luar yang berkembang di pantai utara Laut Jawa, sampai akhirnya berkembang pula di pedalaman dan menjadi suatu motif yang sangat indah.

Pada saat pedagang dari Gujarat (India) datang di pantai utara Pulau Jawa, mereka membawa kain tenun dan bahan sutra khas Gujarat dalam barang dagangannya. Motif dan kain tersebut berbentuk geometris dan sangat indah, dibuat dengan teknik dobel ikat yang disebut patola yang dikenal di Jawa sebagai kain cinde. Warna yang digunakan adalah merah dan biru indigo.

Motif kain patola memberi inspirasi para pembatik di daerah pesisir maupun pedalaman, bahkan lingkungan keraton. Di daerah Pekalongan tercipta kain batik yang disebut jlamprang, bermotif ceplok dengan warna khas Pekalongan. Oleh karena terinspirasi motif tenunan, maka motif yang tercipta terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang yang disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan anyaman yang terdapat pada tenunan patola

Kain batik jlamprang berkembang di daerah pesisir, sehingga warnanya pun bermacam-macam, sesuai selera konsumennya yang kebanyakan berasal dari Eropa, Cina, dan negara-negara lain. Warna yang dominan digunakan adalah rnerah, hijau, biru dan kuning, meskipun masih juga menggunakan warna soga dan wedelan.

Selain terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang, nitik dari Yogyakarta juga diperindah dengan hadirnya isen-isen batik lain, seperti cecek (cecek pitu, cecek telu), bahkan ada yang diberi ornamen batik dengan klowong maupun tembokan, sehingga penampilannya, baik bentuk dan warnanya, lain dari motif jlampranq Pekalongan. Nitik dari Yogyakarta menggunakan warna indigo, soga (cokelat), dan putih. Seperti motif batik yang berasal dari keraton lainnya, motif nitik kreasi keraton juga berkembang ke luar lingkungan keraton. Lingkungan Keraton Yogyakarta yang terkenal dengan motif nitik yang indah adalah Ndalem Brongtodiningrat. Batik nitik Yogyakarta yang terkenal adalah dari Desa Wonokromo, dekat Kotagede.

Untuk membuat batikan yang berbentuk bujur sangkar dan persegi panjang, diperlukan canting tulis khusus dengan lubang canting yang berbeda dengan canting biasa. Canting tulis untuk nitik dibuat dengan membelah lubang canting biasa ke dua arah yang saling tegak lurus.

Dalam pengerjaannya, setelah pencelupan pertama dalam warna biru, proses mengerok hanya dikerjakan untuk bagian cecek saja atau bila ada bagian klowong-nya. Agar warna soga dapat masuk di bagian motif yang berupa bujur sangkar dan persegi panjang yang sangat kecil tersebut, maka bagian tersebut ditekan-tekan sehingga pada bagian tertentu malamnya dapat lepas dan warna soga dapat masuk ke dalamnya.

Oleh karena itu, untuk membuat batik nitik diperlukan malam khusus yaitu malam yang kekuatan menempelnya antara malam klowong dan malam tembok. Langkah selanjutnya adalah mbironi, menyogo, dan akhimya melorod.<br />


Sampai saat ini terdapat kurang lebih 70 motif nitik. Sebagian besar motif nitik diberi nama dengan nama bunga, seperti kembang kenthang, sekar kemuning, sekar randu, dan sebagainya. Ada pula yang diberi nama lain, misalnya nitik cakar, nitik jonggrang, tanjung gunung, dan sebagainya

Motif nitik juga sering dipadukan dengan motif parang, ditampilkan dalam bentuk ceplok, kothak, atau sebagai pengisi bentuk keyong, dan juga sebagai motif untuk sekar jagad, tambal, dan sebagainya. Paduan motif ini terdiri dan satu macam maupun bermacam-macam motif nitik. Tampilan yang merupakan paduan motif nitik dengan motif lain membawa perubahan nama, misalnya parang seling nitik, nitik tambal, nitik kasatrian, dan sebagainya


Seperti halnya motif batik yang lain, motif nitik juga mempunyai arti filosofis. Contohnya, nitik cakar yang sering digunakan pada upacara adat perkawinan ini diberi nama demikian karena pada bagian motifnya terdapat ornamen yang berbentuk seperti cakar. Cakar yang dimaksud adalah cakar ayam atau kaki bagian bawah. Cakar ini digunakan untuk mengais tanah mencari makanan atau sesuatu untuk dimakan.

Motif nitik cakar dikenakan pada upacara adat perkawinan, dimaksudkan agar pasangan yang menikah dapat mencari nafkah dengan halal, sepandai ayam mencari makan dengan cakarnya. Nitik cakar dapat berdiri sendiri sebagai motif dan satu kain atau sebagai bagian dari motif kain tertentu, seperti motif wirasat atau sido drajat, yang juga sering digunakan dalam upacara adat perkawinan. Setiap motif batik memiliki makna filosofis. Makna-makna tersebut menunjukkan kedalaman pemahaman terhadap nilai-nilai lokal. Hingga sekarang nilai-nilai tersebut masih bertahan.

sumber : http://www.facekom.info/2012/07/makna-filosofis-di-balik-motif-batik.htm

Jumat, 02 November 2012

Semarak Hari Batik Nasional


Jakarta, 2 Oktober -  Pemerintah menetapkan hari ini sebagai Hari Batik Nasional. Sebagai salah satu warisan budaya dunia yang lahir dari Indonesia, batik harus dipertahankan salahsatunya dengan cara memakai busana batik di Hari Batik Nasional.
"Peringatan hari Batik Nasional tahun 2012 ini memasuki tahun ketiga, sejak pemerintah menetapkannya pada 2 Oktober 2009. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 November 2009 menerbitkan Keputusan Presiden No 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik nasional," seperti tertulis dalam laman setkab.go.id yang merupakan situs resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (2/10/2012).
Pemilihan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, mengingat pada tanggal itu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia.
"Penerbitan Kepres Nomor 33 Tahun 2009 sebagai usaha pemerintah meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia di forum internasional. Selain untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia," ungkap lama setkab itu.
Penetapan hari Batik Nasional juga dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia. Batik sebagian besar diproduksi oleh industri kecil, sehingga dengan makin sering masyarakat memakai batik sama artinya menghidupkan usaha kecil menengah.
"Kepada kalangan institusi yang telah mewajibkan seragam batik kepada para pegawainya, pemerintah menyampaikan terima kasih dan penghargaan. Saat ini sudah ada tiga warisan budaya khas Indonesia yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia yakni batik, keris, dan wayang," ungkapnya.
Semarak pakai batik
Dengan penetapan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, berbagai instansi baik di pusat maupun di daerah mengingatkan kepada para pegawainya untuk memakai baju batik pada Selasa 2 Oktober 2012. Hal inipun juga di Kemenko Kesra melalui Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Biro Umum tertanggal 1 Oktober 2012, dalam rangka memeriahkan Hari batik Nasional,para pegawai Kemenko Kesra diharapkan memakai batik.
Begitu di berbagai instansi misalnya di DPR, mayoritas anggota DPR yang hadir di rapat Paripurna DPR pun mengenakan baju batik.
Pantauan detikcom di ruang rapat paripurna DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10/2012), rapat paripurna DPR dimulai pukul 10.30 WIB.
Rapat paripurna DPR kali ini membahas pengesahan RUU Veteran RI dan RUU Industri Pertahanan. Keduanya selesai dibahas di Komisi I DPR.
Sebanyak 327 anggota DPR hadir dalam rapat paripurna kali ini. Mayoritas anggota DPR mengenakan batik beragam warna dan corak. 
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat memilih baju batik yang didominasi warna biru. Sementara mayoritas anggota DPR mengenakan baju batik warna cokelat berbagai corak. Pimpinan rapat Ketua DPR Marzuki Alie juga mengenakan batik warna cokelat dan peci hitam.
Suasana di ruang rapat Paripurna DPR pun tampak lebih meriah. Anggota DPR wanita banyak memadukan jilbab dengan batik yang dikenakan dengan warna senada.
Begitu pula di Parepare, perawat dan dokter  Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) A Makkasau, Kota Parepare, melayani pasien dengan menggunakan baju batik.
Direktur RSUD Andi Makkasau, dr Jamal Sahil mengatakan, instruksi mengenakan seragam batik hari ini dilakukan untuk merayakan Hari Batik Nasional. "Tujuannya untuk lebih mencitai produk dalam negeri yang merupakan khasanah budaya Indonesia. " kata dr Jamal Sahil. Selasa (2/10/2012).
Salah seorang perawat, Alamsyah, mengatakan, pakaian batik ini sebenarnya sudah menjadi pakaian dinas perawat dan staf rumah sakit. Mereka biasa mengenakannya setiap hari Kamis dan Jumat.
"Sebenarnya bukan hanya di Hari Batik Nasional digunakan, tetapi hari Kamis dan Jumat, pegawai rumah sakit diwajibkan menggunakan pakaian batik. " jelas Alamsyah.
Sementara itu dalam peringatan Hari Batik Nasional oleh kalangan siswa sekolah seperti Puluhan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa, membatik secara massal. Mereka membatik tulis pada kain sepanjang 20 meter yang dibentangkan di antara penyangga gedung terbuka di sekolah itu.
Selain membatik secara massal, puluhan siswa lainnya juga membuat seni grafiti batik pada tembok pagar sekolah, membuat kerajinan dari kain batik, dan mengikuti lomba peragaan busana batik.
Wakil Kepala SMAN 1 Sokaraja Bidang Kesiswaan Mulyono mengatakan "Kegiatan ini ditujukan untuk melestarikan batik sebagai budaya asli Indonesia. Apalagi seni batik pernah diklaim oleh Malaysia," katanya. Menurut dia, peringatan Hari Batik Nasional ini bukan sekadar kegiatan seremoni yang diselenggarakan oleh SMAN 1 Sokaraja.
"Kami juga membekali siswa kelas 10 dan 11 dengan muatan lokal berupa Seni Membatik," katanya. Bahkan, kata dia, lulusan SMAN 1 Sokaraja juga akan mendapatkan sertifikat membatik.
Dengan demikian, kata dia, keberadaan seni batik di Sokaraja yang merupakan sentra batik di Kabupaten Banyumas dapat tetap terjaga dan lestari sepanjang masa.
Lain halnya peringatan Hari Batik Nasional di Bandung, sekitar 150 siswa SMA dari empat sekolah di Kota Bandung  dengan mengenakan batik dan melakukan aksi bersepeda yang disebut "Gowes Berbatik"  bersama dengan istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetyani Heryawan.
Kegiatan Gowes Berbatik tersebut dimulai usai jam sekolah, Selasa, dari Jalan Belitung kemudian menyusuri Jalan Sumbawa, Aceh, Sabang, Cihapit, Ciliwung, Jalan Citarum dan berakhir di Gedung Sate Bandung. Sesampainya di Gedung Sate Bandung, ratusan pelajar tersebut langsung disambut oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Netty Prasetyani Heryawan yang juga Ketua Dekranasda Jawa Barat dalam sambutannya menuturkan kehadiran generasi muda sangat diharapkan untuk perbaikan dan kemajuan Tanah Air.
"Dan salah satu perbaikan yang penting adalah dengan mengangkat kembali warisan budaya Indonesia, yakni batik," katanya.
Ia juga mengutarakan harapannya agar para pelajar dapat bersatu dan melupakan permusuhan melalui batik. "Karena'batik' bisa diurai menjadi kalimat Bersama Anti Kekerasan," kata Netty.
Sedangkan Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, menambah lima koleksi kain batik kuno milik Stephanie Belfrage, warga Australia.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Batik Pekalongan, Tanti Lusiana, mengatakan kain batik yang sudah berusia 30 tahun tersebut akan dipajang di Museum Batik setelah dilengkapi data historisnya.
"Tiga dari lima kain batik kuno itu masih dalam kondisi bagus, sedangkan dua lainnya sudah agak rusak," katanya.
Tumbuh 8 Persen
Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan Industri Kecil Menengah (IKM) batik hingga akhir tahun mencapai delapan persen sehubungan permintaan produk yang terus meningkat.
"Tahun ini, pertumbuhan IKM batik diproyeksikan naik satu persen dari realisasi tahun lalu sebesar tujuh persen. Di Indonesia, jumlah perusahaan batik mencapai 50.000 dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 100.000 karyawan," kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Euis Saedah, di Jakarta.
Setiap bulan, menurut Euis, perusahaan batik di dalam negeri terus bertambah akibat program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Badan Usaha Milik Negara maupun perusahaan swasta.
"BUMN dan perusahaan swasta banyak mengalokasikan dananya pada perajin batik. Imbasnya, satu sampai dua perusahaan batik baru mulai bermunculan," katanya.
Untuk menambah tenaga ahli batik, lanjut Euis, Kemenperin terus melakukan pelatihan memproduksi batik kepada murid-murid Sekolah Menengah Atas.
"Kami terus mengintensifkan program pelatihan batik bagi murid SMA agar mencintai produk dalam negeri," katanya.
Euis menambahkan, produk batik dari Indonesia mulai digemari konsumen di Negeri Sakura.
"Pemerintah Jepang telah mengirimkan desainernya untuk membuat batik di Indonesia dan mengirimkannya kembali ke negara asalnya. Selain itu, pemerintah Jepang mengirimkan bahan baku seperti katun agar produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen," katanya. (Dn/Ant/Gs).


Menyambut Museum Batik di Jakarta


SELASA, 6 OKTOBER 2009 | 09:42 WIB
HEBOH beberapa kali klaim Malaysia terhadap aset budaya Indonesia membuat bangsa ini semakin waspada untuk melindungi kebudayaannya. Salah satunya adalah melindungi dan melestarikan batik. Untuk itu Yayasan Batik Indonesia (YBI) akan mendirikan Museum Batik di Jakarta. Seperti fungsi museum pada umumnya, selain sebagai tempat menyimpan koleksi juga sebagai sarana pendidikan. Untuk sementara museum ini akan menggunakan salah satu gedung di Museum Tekstil di Jalan KS Tubun, Jakarta.

Menurut Kepala Museum Tekstil Jakarta, Indra Riawan, rencana pendirian museum batik ini merupakan hal positif yang harus didukung. Apalagi dengan adanya pengakuan batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. "Dengan pengakuan batik oleh UNESCO, hal ini merupakan cikal bakal yang baik. Apalagi dengan adanya rencana pendirian museum akan semakin mengukuhkan bahwa bangsa kita memang masih peduli dengan aset-asetnya," ujar Indra yang ditemui di kantornya pada Kamis (1/10).

Sejauh ini Museum Tekstil hanyalah sebagai fasilitator pendukung pendirian museum tersebut. Karena siapa pun bisa mendirikan museum, tidak hanya pemerintah, pihak swasta juga diperbolehkan. Meski Museum Tekstil juga memajang koleksi kain tenun dan batik, dengan kehadiran Museum Batik tidak membuat Museum Tekstil lantas tenggelam atau terjadi tumpang tindih. "Justru kita akan saling mendukung. Keberadaan mereka akan menambah semaraknya koleksi batik. Kami minta nantinya supaya ada satu kesatuan antara Museum Tekstil dan Museum Batik," ujar Indra.

Saat ini Museum Batik memang baru dalam tahap perencanaan. Museum Tekstil sedang menyiapkan ruangan. Rencananya Museum Batik akan menempati Gedung Tekstil Kontemporer yang berada di sebelah gedung utama.

Gedung Tekstil Kontemporer berukuran 15 meter x 20 meter itu kini berfungsi untuk menyimpan mesin-mesin tenun tradisional dan beberapa hasil kain tenunannya. Meski bangunan itu sudah berdiri sejak awal abad ke-19 tapi masih terawat dengan baik. Tapi jarang orang masuk ke dalamnya karena umumnya pengunjung hanya tertarik kepada ruang pamer kain.

Diharapkan dengan kehadiran Museum Batik nantinya akan membuat pamor Museum Tekstil kembali terangkat, karena selama ini tidak mudah mendapatkan biaya untuk melakukan perbaikan dan pembaruan, seperti untuk membuat brosur. "Tidak mudah bagi museum pemerintah untuk mendapatkan dana tambahan untuk melakukan renovasi. Dananya terlalu sedikit dan harus dibagi untuk kebutuhan lain," kata Indra.

Menambah wawasan
Sedangkan untuk jumlah koleksi yang akan dipajang di Museum Batik, hingga kini belum diketahui secara pasti. Menurut Aurora Tambunan, salah satu anggota YBI, hingga kini masih menunggu rencana tata pamernya. "Setelah bangunan siap, maka baru direncanakan tata pamernya yang disesuaikan dengan tema yang akan dijadikan acuan. Meski ini sifatnya sementara  diharapkan seluruh koleksi YBI bisa menambah wawasan pengunjung tentang sejarah dan jenis batik yang ada," ujar Deputi Gubenur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta ini.

Sementara itu dari 1.759 koleksi kain di Museum Tekstil, ada sekitar 800 kain batik. Namun tidak semua terpajang di ruang pamer. Tiga bulan sekali biasanya mereka akan mengganti koleksi dan disesuaikan dengan temanya.

Menurut Aurora, koleksi yang dimiliki Museum Tekstil sekarang asal muasalnya berawal dari koleksi pribadi ibu-ibu Wastaprema (himpunan pencinta kain tradisional). "Nantinya Museum Batik juga akan mendapatkan sumbangan dari koleksi ibu-ibu YBI dan setelah menjadi koleksi museum maka pemeliharaannya menjadi tangung jawab museum," ujar Aurora.

Mengenai pengelolaan museum, menurut Lola, yang harus diperhatikan saat ini adalah pengaturan kawasan di Jalan KS Tubun dan sekitarnya. Perlu dilakukan penataan dan penertiban, terutama pedagang kaki lima dan angkutan umum yang sering membuat macet. "Selain itu, supaya lebih menarik pengunjung, selain dari koleksinya perlu juga lebih digiatkan kegiatan seperti kursus batik dan perpustakaan batik. Selama ini Museum Tekstil sudah melakukannya," kata Aurora. (Dian Anditya Mutiara)


Sumber http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2009/10/06/09423161/menyambut.museum.batik.di.jakarta

Perkembangan Batik


  • Perkembangan Batik di Indonesia
       Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.

       Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

       Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. 
  • Perkembangan Batik di Daerah
  1. Banyumas
  2.        Perkembangan batik di Banyumas berpusat di daerah Sokaraja dibawa oleh pengikut-pengikut Pangeran Diponegero setelah selesa-inya peperangan tahun 1830, mereka kebanyakan menet-ap didaerah Banyumas. Pengikutnya yang terkenal waktu itu ialah Najendra dan dialah mengembangkan batik celup di Sokaraja. Bahan mori yang dipakai hasil tenunan sendiri dan obat pewama dipakai pohon tom, pohon pace dan mengkudu yang memberi warna merah kesemuan kuning.

           Lama kelamaan pembatikan menjalar pada rakyat Sokaraja dan pada akhir abad ke-XIX berhubungan langsung dengan pembatik didaerah Solo dan Ponorogo. Daerah pembatikan di Banyumas sudah dikenal sejak dahulu dengan motif dan wama khususnya dan sekarang dinamakan batik Banyumas. Setelah perang dunia kesatu pembatikan mulai pula dikerjakan oleh Cina disamping mereka dagang bahan batik.
  3. Ciamis
  4.        Pembatikan dikenal di Ciamis sekitar abad ke-XIX setelah selesainya peperangan Diponegoro, dimana pengikut-pengikut Diponegoro banyak yang meninggalkan Yogyakarta, menuju ke selatan. Sebagian ada yang menetap didaerah Banyumas dan sebagian ada yang meneruskan perjalanan ke selatan dan menetap di Ciamis dan Tasikmalaya sekarang. Mereka ini merantau dengan keluargany a dan ditempat baru menetap menjadi penduduk dan melanjutkan tata cara hidup dan pekerjaannya. Sebagian dari mereka ada yang ahli dalam pembatikan sebagai pekerjaan kerajinan rumah tangga bagi kaum wanita. Lama kelamaan pekerjaan ini bisa berkembang pada penduduk sekitarnya akibat adanya pergaulan sehari-hari atau hubungan keluarga. Bahan-bahan yang dipakai untuk kainnya hasil tenunan sendiri dan bahan catnya dibuat dari pohon seperti: mengkudu, pohon tom, dan sebagainya.
  5. Pembatikan di Jakarta
  6.        Pembatikan di Jakarta dikenal dan berkembangnya bersamaan dengan daerah-daerah pembatikan lainnya yaitu kira-kira akhir abad ke-XIX. Pembatikan ini dibawa oleh pendatang-pendatang dari Jawa Tengah dan mereka bertempat tinggal kebanyakan didaerah-daerah pembatikan. Daerah pembatikan yang dikenal di Jakarta tersebar didekat Tanah Abang yaitu: Karet, Bendungan Ilir dan Udik, Kebayoran Lama, dan daerah Mampang Prapatan serta Tebet.

           Jakarta sejak zaman sebelum perang dunia kesatu telah menjadi pusat perdagangan antar daerah Indonesia dengan pelabuhannya Pasar Ikan sekarang. Setelah perang dunia kesatu selesai, dimana proses pembatikan cap mulai dikenal, produksi batik meningkat dan pedagang-pedagang batik mencari daerah pemasaran baru. Daerah pasaran untuk tekstil dan batik di Jakarta yang terkenal ialah: Tanah Abang, Jatinegara dan Jakarta Kota, yang terbesar ialah Pasar Tanah Abang sejak dari dahulu sampai sekarang. Batik-batik produksi daerah Solo, Yogya, Banyumas, Ponorogo, Tulungagung, Pekalongan, Tasikmalaya, Ciamis dan Cirebon serta lain-lain daerah, bertemu di Pasar Tanah Abang dan dari sini baru dikirim kedaerah-daerah diluar Jawa. Pedagang-pedagang batik yang banyak ialah bangsa Cina dan Arab, bangsa Indonesia sedikit dan kecil.
  7. Pembatikan di Luar Jawa
  8.        Dari Jakarta, yang menjadi tujuan pedagang-pedagang di luar Jawa, maka batik kemudian berkembang di seluruh penjuru kota-kota besar di Indonesia yang ada di luar Jawa, daerah Sumatera Barat misalnya, khususnya daerah Padang, adalah daerah yang jauh dari pusat pembatikan dikota-kota Jawa, tetapi pembatikan bisa berkembang didaerah ini.

           Sumatera Barat termasuk daerah konsumen batik sejak zaman sebelum perang dunia kesatu, terutama batik-batik produksi Pekalongan (saaingnya) dan Solo serta Yogya. Di Sumatera Barat yang berkembang terlebih dahulu adalah industri tenun tangan yang terkenal “tenun Silungkang” dan “tenun plekat”. Pembatikan mulai berkembang di Padang setelah pendudukan Jepang, dimana sejak putusnya hubungan antara Sumatera dengan Jawa waktu pendudukan Jepang, maka persediaan-persediaan batik yang ada pada pedagang-pedagang batik sudah habis dan konsumen perlu batik untuk pakaian sehari-hari mereka. Ditambah lagi setelah kemerdekaan Indonesia, dimana hubungan antara kedua pulau bertambah sukar, akibat blokade-blokade Belanda, maka pedagang-pedagang batik yang biasa hubungan dengan pulau Jawa mencari jalan untuk membuat batik sendiri.

    sumber 
    http://pesonabatik.site40.net/Perkembangan_Batik.html

 


Ada beberapa teknik membatik berdasarkan penggunaan alat :




1. Teknik Canting Tulis, adadlah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting. Canting terbuat dari tembaga ringan yang berbentuk seperti teko kecil dengan corong di ujngnya. Canting berfungsi untuk menorehkan cairan malam / lilin pada pola. Saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis sepeti ini disebut teknik membatik traisional.




2. Teknik Celup Ikat, merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, kemudian kain dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Bagian kaian yang diikat atau ditutup lilin tidak akan terkena bahan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna kemudian  ikatan dibuka maka bagian yang diikat tidak berwarna. Bagian tersebut tetap berwarna putih. Motif inilah yang disebut motif dalam bentuk negatif atau klise (.)


3. Teknik Printing atau cap merupakan cara pembuatan motif batik menggunakan canting cap. Canting cap merupakan kepingan logam atau pelat berisi gambar yanng agak menonjol. Permukaan ccanting cacp yang menonjol dicelupkan ke dalam cairan malam (lilin batik). Selanjutnya canting cap dicapkan pada kain /mori. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yanng disebutklise. Canting cap membuat proses pemalaman lebih cepat. Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik yang lebih benyak dalam waktu yang lebih singkat (.)



4. Teknik Colet, yaitu motif batik yang dihasilkan dengan teknik colet tidak berupa klise. Teknik colet disebut juga teknik lukis, yaitu cara mewarnai pola batik dengan  mengoleskan cat atau pewarna pada kain jenis tertentu pada pola batik dengan alat khusus atau dengan kuas (.)

(sumber : http://batikasliindonesia.blogdetik.com/macam-macam-batik-indonesia/)

Jenis kain yang biasanya digunakan untuk batik


Jika anda ingin membeli baju batik perhatikan bahannya. Apakah batik tersebut terbuat dari bahan sutera, katun prima, primisima, polisima, dobi, paris, atau shantung. Jenis-jenis kain tersebut ini berbeda-beda tektur maupun bahan dasarnya. Sekedar Informasi untuk anda.
. Kain katun adalah kain yang umum digunakan untuk batik. Kain katun ada beberapa tingkatan. Kain katun primisima lebih bagus dari katun prima, dan kain polisima paling bagus diantara keduanya. Masing-masing katun tersebut ada beberapa tingkatan pula. Ada yang kasar dan tipis, lebih halus dan tebal dan paling tebal serta halus. Semua tergantung dari campuran serat kapas yang digunakan dalam pembuatan kain tersebut.
. Kain Shantung teksturnya halus dan dingin. Shantung-pun ada bermacam tingkatan. Dari yang tipis hingga tebal. Kain katun lebih kuat seratnya daripada kain shantung.
. Kain Dobi bisa dibilang sebagai kain setengah sutera, ada beberapa tingkatan seperti halnya katun prima & primisima dari yang kasar hingga halus, ciri khas dobi terletak pada tekstur kasarnya. Jadi pada dobi yang paling haluspun kita akan merasakan serat-seratnya yang menonjol.  
. Kain paris teksturnya lembut dan jatuh. Bahannya tipis dengan serat kain yang kuat. Kain parispun memiliki tingkatan-tingkatan seperti kain-kain yang lain.
. Kain Sutera. Anda pasti tahu bahan dasar kain sutera dan mengapa kain sutera sangat mahal. Teksturnya lembut dan jatuh serta mengkilap.
. Kain Serat nanas. Serat nanas teksturnya kasar mirip dobi. Biasanya terlihat sulur-sulur pada kain tersebut dan mengkilap. Hampir semua kain mempunyai tingkatan dari yang paling kasar sampai yang paling halus. Tergantung dari pencampuran bahan dasar pembuatan kain.