SELASA, 6 OKTOBER 2009 | 09:42 WIB
HEBOH beberapa kali klaim Malaysia terhadap aset budaya Indonesia membuat bangsa ini semakin waspada untuk melindungi kebudayaannya. Salah satunya adalah melindungi dan melestarikan batik. Untuk itu Yayasan Batik Indonesia (YBI) akan mendirikan Museum Batik di Jakarta. Seperti fungsi museum pada umumnya, selain sebagai tempat menyimpan koleksi juga sebagai sarana pendidikan. Untuk sementara museum ini akan menggunakan salah satu gedung di Museum Tekstil di Jalan KS Tubun, Jakarta.
Menurut Kepala Museum Tekstil Jakarta, Indra Riawan, rencana pendirian museum batik ini merupakan hal positif yang harus didukung. Apalagi dengan adanya pengakuan batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. "Dengan pengakuan batik oleh UNESCO, hal ini merupakan cikal bakal yang baik. Apalagi dengan adanya rencana pendirian museum akan semakin mengukuhkan bahwa bangsa kita memang masih peduli dengan aset-asetnya," ujar Indra yang ditemui di kantornya pada Kamis (1/10).
Sejauh ini Museum Tekstil hanyalah sebagai fasilitator pendukung pendirian museum tersebut. Karena siapa pun bisa mendirikan museum, tidak hanya pemerintah, pihak swasta juga diperbolehkan. Meski Museum Tekstil juga memajang koleksi kain tenun dan batik, dengan kehadiran Museum Batik tidak membuat Museum Tekstil lantas tenggelam atau terjadi tumpang tindih. "Justru kita akan saling mendukung. Keberadaan mereka akan menambah semaraknya koleksi batik. Kami minta nantinya supaya ada satu kesatuan antara Museum Tekstil dan Museum Batik," ujar Indra.
Saat ini Museum Batik memang baru dalam tahap perencanaan. Museum Tekstil sedang menyiapkan ruangan. Rencananya Museum Batik akan menempati Gedung Tekstil Kontemporer yang berada di sebelah gedung utama.
Gedung Tekstil Kontemporer berukuran 15 meter x 20 meter itu kini berfungsi untuk menyimpan mesin-mesin tenun tradisional dan beberapa hasil kain tenunannya. Meski bangunan itu sudah berdiri sejak awal abad ke-19 tapi masih terawat dengan baik. Tapi jarang orang masuk ke dalamnya karena umumnya pengunjung hanya tertarik kepada ruang pamer kain.
Diharapkan dengan kehadiran Museum Batik nantinya akan membuat pamor Museum Tekstil kembali terangkat, karena selama ini tidak mudah mendapatkan biaya untuk melakukan perbaikan dan pembaruan, seperti untuk membuat brosur. "Tidak mudah bagi museum pemerintah untuk mendapatkan dana tambahan untuk melakukan renovasi. Dananya terlalu sedikit dan harus dibagi untuk kebutuhan lain," kata Indra.
Menambah wawasan
Sedangkan untuk jumlah koleksi yang akan dipajang di Museum Batik, hingga kini belum diketahui secara pasti. Menurut Aurora Tambunan, salah satu anggota YBI, hingga kini masih menunggu rencana tata pamernya. "Setelah bangunan siap, maka baru direncanakan tata pamernya yang disesuaikan dengan tema yang akan dijadikan acuan. Meski ini sifatnya sementara diharapkan seluruh koleksi YBI bisa menambah wawasan pengunjung tentang sejarah dan jenis batik yang ada," ujar Deputi Gubenur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta ini.
Sementara itu dari 1.759 koleksi kain di Museum Tekstil, ada sekitar 800 kain batik. Namun tidak semua terpajang di ruang pamer. Tiga bulan sekali biasanya mereka akan mengganti koleksi dan disesuaikan dengan temanya.
Menurut Aurora, koleksi yang dimiliki Museum Tekstil sekarang asal muasalnya berawal dari koleksi pribadi ibu-ibu Wastaprema (himpunan pencinta kain tradisional). "Nantinya Museum Batik juga akan mendapatkan sumbangan dari koleksi ibu-ibu YBI dan setelah menjadi koleksi museum maka pemeliharaannya menjadi tangung jawab museum," ujar Aurora.
Mengenai pengelolaan museum, menurut Lola, yang harus diperhatikan saat ini adalah pengaturan kawasan di Jalan KS Tubun dan sekitarnya. Perlu dilakukan penataan dan penertiban, terutama pedagang kaki lima dan angkutan umum yang sering membuat macet. "Selain itu, supaya lebih menarik pengunjung, selain dari koleksinya perlu juga lebih digiatkan kegiatan seperti kursus batik dan perpustakaan batik. Selama ini Museum Tekstil sudah melakukannya," kata Aurora. (Dian Anditya Mutiara)
Sumber http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2009/10/06/09423161/menyambut.museum.batik.di.jakarta
Menurut Kepala Museum Tekstil Jakarta, Indra Riawan, rencana pendirian museum batik ini merupakan hal positif yang harus didukung. Apalagi dengan adanya pengakuan batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO. "Dengan pengakuan batik oleh UNESCO, hal ini merupakan cikal bakal yang baik. Apalagi dengan adanya rencana pendirian museum akan semakin mengukuhkan bahwa bangsa kita memang masih peduli dengan aset-asetnya," ujar Indra yang ditemui di kantornya pada Kamis (1/10).
Sejauh ini Museum Tekstil hanyalah sebagai fasilitator pendukung pendirian museum tersebut. Karena siapa pun bisa mendirikan museum, tidak hanya pemerintah, pihak swasta juga diperbolehkan. Meski Museum Tekstil juga memajang koleksi kain tenun dan batik, dengan kehadiran Museum Batik tidak membuat Museum Tekstil lantas tenggelam atau terjadi tumpang tindih. "Justru kita akan saling mendukung. Keberadaan mereka akan menambah semaraknya koleksi batik. Kami minta nantinya supaya ada satu kesatuan antara Museum Tekstil dan Museum Batik," ujar Indra.
Saat ini Museum Batik memang baru dalam tahap perencanaan. Museum Tekstil sedang menyiapkan ruangan. Rencananya Museum Batik akan menempati Gedung Tekstil Kontemporer yang berada di sebelah gedung utama.
Gedung Tekstil Kontemporer berukuran 15 meter x 20 meter itu kini berfungsi untuk menyimpan mesin-mesin tenun tradisional dan beberapa hasil kain tenunannya. Meski bangunan itu sudah berdiri sejak awal abad ke-19 tapi masih terawat dengan baik. Tapi jarang orang masuk ke dalamnya karena umumnya pengunjung hanya tertarik kepada ruang pamer kain.
Diharapkan dengan kehadiran Museum Batik nantinya akan membuat pamor Museum Tekstil kembali terangkat, karena selama ini tidak mudah mendapatkan biaya untuk melakukan perbaikan dan pembaruan, seperti untuk membuat brosur. "Tidak mudah bagi museum pemerintah untuk mendapatkan dana tambahan untuk melakukan renovasi. Dananya terlalu sedikit dan harus dibagi untuk kebutuhan lain," kata Indra.
Menambah wawasan
Sedangkan untuk jumlah koleksi yang akan dipajang di Museum Batik, hingga kini belum diketahui secara pasti. Menurut Aurora Tambunan, salah satu anggota YBI, hingga kini masih menunggu rencana tata pamernya. "Setelah bangunan siap, maka baru direncanakan tata pamernya yang disesuaikan dengan tema yang akan dijadikan acuan. Meski ini sifatnya sementara diharapkan seluruh koleksi YBI bisa menambah wawasan pengunjung tentang sejarah dan jenis batik yang ada," ujar Deputi Gubenur Bidang Budaya dan Pariwisata DKI Jakarta ini.
Sementara itu dari 1.759 koleksi kain di Museum Tekstil, ada sekitar 800 kain batik. Namun tidak semua terpajang di ruang pamer. Tiga bulan sekali biasanya mereka akan mengganti koleksi dan disesuaikan dengan temanya.
Menurut Aurora, koleksi yang dimiliki Museum Tekstil sekarang asal muasalnya berawal dari koleksi pribadi ibu-ibu Wastaprema (himpunan pencinta kain tradisional). "Nantinya Museum Batik juga akan mendapatkan sumbangan dari koleksi ibu-ibu YBI dan setelah menjadi koleksi museum maka pemeliharaannya menjadi tangung jawab museum," ujar Aurora.
Mengenai pengelolaan museum, menurut Lola, yang harus diperhatikan saat ini adalah pengaturan kawasan di Jalan KS Tubun dan sekitarnya. Perlu dilakukan penataan dan penertiban, terutama pedagang kaki lima dan angkutan umum yang sering membuat macet. "Selain itu, supaya lebih menarik pengunjung, selain dari koleksinya perlu juga lebih digiatkan kegiatan seperti kursus batik dan perpustakaan batik. Selama ini Museum Tekstil sudah melakukannya," kata Aurora. (Dian Anditya Mutiara)
Sumber http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2009/10/06/09423161/menyambut.museum.batik.di.jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar