Jumat, 02 November 2012

Merekonstruksi Sejarah dari Sehelai Batik


Batik Banten yang mempunyai tiga perbedaan dengan batik Jawa pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak di warna, motif, dan filosofinya. Gambar menunjukkan sejumlah motif dari 75 motif yang ditemukan.
Oleh Desi Purnamawati
Batik dulu lebih dikenal sebagai pelengkap pakaian orang-orang tua tapi kini batik juga menjadi bagian fashion generasi muda bahkan mulai dikenal di mancanegara.
Karena batik sudah bertransformasi menjadi bentuk yang lebih "fashionable" mulai dari pakaian bercorak batik yang modis, sepatu hingga tas, maka jadilah batik digandrungi kalangan muda.
Kampanye batik yang meluas dengan dukungan yang intens dari Ibu Negara Ani Yudhoyono semakin memperkuat eksistensi batik.
Ibu Ani sendiri telah menulis buku "Batikku, Pengabdian Cinta Tak Berkata" yang diberikan kepada tamu sebagai souvenir pada Upacara Peringatan Kemerdekaan di Istana Negara, Selasa 17 Agustus 2010.
Batik saat ini bukan hanya milik masyarakat Jawa, tapi juga dimiliki daerah lain di Indonesia dengan motif khas daerah masing-masing.
Misalnya motif cicak atau buaya yang ada di batik Papua dan motif pintu Aceh atau motif Bungong Jeumpa di batik khas Aceh. Sebagian besar motif-motif batik tersebut menampilkan unsur alam dan budaya daerah mereka.
Begitu pula dengan batik Banten yang mengangkat kembali warisan kesultanan Banten ke dalam motif-motif batik seperti yang dihasilkan pengembang batik Banten, Uke Kurniawan.
Lelaki paruh baya itu mengatakan, batik Banten mempunyai perbedaan dibandingkan batik dari daerah lain karena tiga faktor yaitu motifnya yang merupakan motif asli dari sejarah dan artefak temuan arkeolog yang ada di Banten.
Perbedaan lainnya dari warna yang menurut Uke cenderung abu-abu lembut atau pastel yang menunjukkan karakter orang Banten. Orang Banten digambarkan memiliki karakter yang bersemangat tinggi, cita-cita tinggi, karakter yang ekspresif namun tetap rendah hati.
"Warnanya yang lembut karena pengaruh air tanah di sini yang dalam proses pencelupan, mereduksi warna warna terang menjadi warna pastel karena kandungan yang ada di dalamnya," ujar Uke.
Faktor ketiga yang membedakan batik Banten dengan batik lainnya adalah filosofi, semua motif mengandung filosofi atau mengandung arti yang sama dengan yang ada dalam sejarah kesultanan Banten, tambah mantan pegawai PU tersebut.
Makna Di Balik Motif
Mulai dari 2002 hingga saat ini Uke Kurniawan sudah berhasil menggali 54 motif dari sejarah Banten yang diangkat menjadi motif batik, tapi baru 30 motif di antaranya yang dipatenkan.
Menurut Uke, tidak ada motif binatang atau makhluk hidup lainnya dalam motif batik Banten, yang ada hanya motif bunga yang kecil seperti melati.
Makna yang terkandung dalam motif-motif batik Banten mempunyai filosofi tersendiri, seakan kita dapat melihat kembali ke belakang mengenai sejarah kesultanan Banten.
Masing-masing motif batik tersebut juga diberikan nama-nama khusus yang diambil dari nama tempat, bangunan, maupun ruang dari situs Banten Lama dan juga dari nama gelar di masa Kesultanan Banten.
Motif yang mengambil nama tempat diantaranya adalah Pamaranggen yaitu tempat tinggal pembuat keris, Pancaniti adalah bangsal tempat raja menyaksikan prajurit berlatih, Pasepen atau tempat raja bermeditasi, Pajantren yaitu tempat tinggal para penenun, Pasulaman yaitu tempat tinggal pengrajin sulaman.
Datulaya atau tempat tinggal pangeran, Srimanganti yaitu tempat raja bertatap muka dengan rakyat, Surosowan adalah Ibu Kota Kesultanan Banten.
Selain itu ada juga motif yang mengambil nama gelar diantaranya Sabakingking adalah gelar dari Sultan Maulana Hasanudin, Kawangsan berhubungan dengan Pangeran Wangsa, Kapurban berhubungan dengan gelar Pangeran Purba, Mandalikan berhubungan dengan Pangeran Mandalika.
Dari puluhan motif tersebut, motif Datulaya merupakan motif yang terbaik. Bukan main-main pemberian gelar motif terbaik tersebut setelah dilakukan kajian di Singapura, tambah Uke.
"Cukup banyak motif yang sudah dikenal hingga ke luar negeri seperti motif Sorosowan, Pancaniti dan Datulaya," kata Uke yang mengaku awalnya tertarik pada batik Banten karena ikut serta dalam pengkajian motif khas Banten.
Uke patut berbangga karena batik Banten kini sudah mendunia dan mutunya tidak kalah dari batik lainnya. Selain harga yang cukup bersaing, yang terpenting batik hasil karyanya mampu menghadirkan kembali sejarah.
Tidak salah jika Uke memaknai batik Banten dengan kain yang bercerita dan merekonstruksi sejarah, seperti menjadi tagline batik itu sendiri, "these clothes tell stories".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar