Jakarta, 2 Oktober - Pemerintah menetapkan hari ini sebagai Hari Batik Nasional. Sebagai salah satu warisan budaya dunia yang lahir dari Indonesia, batik harus dipertahankan salahsatunya dengan cara memakai busana batik di Hari Batik Nasional.
"Peringatan hari Batik Nasional tahun 2012 ini memasuki tahun ketiga, sejak pemerintah menetapkannya pada 2 Oktober 2009. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 17 November 2009 menerbitkan Keputusan Presiden No 33 Tahun 2009 tentang Hari Batik nasional," seperti tertulis dalam laman setkab.go.id yang merupakan situs resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (2/10/2012).
Pemilihan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, mengingat pada tanggal itu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap mata budaya Indonesia.
"Penerbitan Kepres Nomor 33 Tahun 2009 sebagai usaha pemerintah meningkatkan citra positif dan martabat bangsa Indonesia di forum internasional. Selain untuk menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan masyarakat terhadap kebudayaan Indonesia," ungkap lama setkab itu.
Penetapan hari Batik Nasional juga dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia. Batik sebagian besar diproduksi oleh industri kecil, sehingga dengan makin sering masyarakat memakai batik sama artinya menghidupkan usaha kecil menengah.
"Kepada kalangan institusi yang telah mewajibkan seragam batik kepada para pegawainya, pemerintah menyampaikan terima kasih dan penghargaan. Saat ini sudah ada tiga warisan budaya khas Indonesia yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia yakni batik, keris, dan wayang," ungkapnya.
Semarak pakai batik
Dengan penetapan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, berbagai instansi baik di pusat maupun di daerah mengingatkan kepada para pegawainya untuk memakai baju batik pada Selasa 2 Oktober 2012. Hal inipun juga di Kemenko Kesra melalui Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Biro Umum tertanggal 1 Oktober 2012, dalam rangka memeriahkan Hari batik Nasional,para pegawai Kemenko Kesra diharapkan memakai batik.
Begitu di berbagai instansi misalnya di DPR, mayoritas anggota DPR yang hadir di rapat Paripurna DPR pun mengenakan baju batik.
Pantauan detikcom di ruang rapat paripurna DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/10/2012), rapat paripurna DPR dimulai pukul 10.30 WIB.
Rapat paripurna DPR kali ini membahas pengesahan RUU Veteran RI dan RUU Industri Pertahanan. Keduanya selesai dibahas di Komisi I DPR.
Sebanyak 327 anggota DPR hadir dalam rapat paripurna kali ini. Mayoritas anggota DPR mengenakan batik beragam warna dan corak.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat memilih baju batik yang didominasi warna biru. Sementara mayoritas anggota DPR mengenakan baju batik warna cokelat berbagai corak. Pimpinan rapat Ketua DPR Marzuki Alie juga mengenakan batik warna cokelat dan peci hitam.
Suasana di ruang rapat Paripurna DPR pun tampak lebih meriah. Anggota DPR wanita banyak memadukan jilbab dengan batik yang dikenakan dengan warna senada.
Begitu pula di Parepare, perawat dan dokter Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) A Makkasau, Kota Parepare, melayani pasien dengan menggunakan baju batik.
Direktur RSUD Andi Makkasau, dr Jamal Sahil mengatakan, instruksi mengenakan seragam batik hari ini dilakukan untuk merayakan Hari Batik Nasional. "Tujuannya untuk lebih mencitai produk dalam negeri yang merupakan khasanah budaya Indonesia. " kata dr Jamal Sahil. Selasa (2/10/2012).
Salah seorang perawat, Alamsyah, mengatakan, pakaian batik ini sebenarnya sudah menjadi pakaian dinas perawat dan staf rumah sakit. Mereka biasa mengenakannya setiap hari Kamis dan Jumat.
"Sebenarnya bukan hanya di Hari Batik Nasional digunakan, tetapi hari Kamis dan Jumat, pegawai rumah sakit diwajibkan menggunakan pakaian batik. " jelas Alamsyah.
Sementara itu dalam peringatan Hari Batik Nasional oleh kalangan siswa sekolah seperti Puluhan siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Sokaraja, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Selasa, membatik secara massal. Mereka membatik tulis pada kain sepanjang 20 meter yang dibentangkan di antara penyangga gedung terbuka di sekolah itu.
Selain membatik secara massal, puluhan siswa lainnya juga membuat seni grafiti batik pada tembok pagar sekolah, membuat kerajinan dari kain batik, dan mengikuti lomba peragaan busana batik.
Wakil Kepala SMAN 1 Sokaraja Bidang Kesiswaan Mulyono mengatakan "Kegiatan ini ditujukan untuk melestarikan batik sebagai budaya asli Indonesia. Apalagi seni batik pernah diklaim oleh Malaysia," katanya. Menurut dia, peringatan Hari Batik Nasional ini bukan sekadar kegiatan seremoni yang diselenggarakan oleh SMAN 1 Sokaraja.
"Kami juga membekali siswa kelas 10 dan 11 dengan muatan lokal berupa Seni Membatik," katanya. Bahkan, kata dia, lulusan SMAN 1 Sokaraja juga akan mendapatkan sertifikat membatik.
Dengan demikian, kata dia, keberadaan seni batik di Sokaraja yang merupakan sentra batik di Kabupaten Banyumas dapat tetap terjaga dan lestari sepanjang masa.
Lain halnya peringatan Hari Batik Nasional di Bandung, sekitar 150 siswa SMA dari empat sekolah di Kota Bandung dengan mengenakan batik dan melakukan aksi bersepeda yang disebut "Gowes Berbatik" bersama dengan istri Gubernur Jawa Barat, Netty Prasetyani Heryawan.
Kegiatan Gowes Berbatik tersebut dimulai usai jam sekolah, Selasa, dari Jalan Belitung kemudian menyusuri Jalan Sumbawa, Aceh, Sabang, Cihapit, Ciliwung, Jalan Citarum dan berakhir di Gedung Sate Bandung. Sesampainya di Gedung Sate Bandung, ratusan pelajar tersebut langsung disambut oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Netty Prasetyani Heryawan yang juga Ketua Dekranasda Jawa Barat dalam sambutannya menuturkan kehadiran generasi muda sangat diharapkan untuk perbaikan dan kemajuan Tanah Air.
"Dan salah satu perbaikan yang penting adalah dengan mengangkat kembali warisan budaya Indonesia, yakni batik," katanya.
Ia juga mengutarakan harapannya agar para pelajar dapat bersatu dan melupakan permusuhan melalui batik. "Karena'batik' bisa diurai menjadi kalimat Bersama Anti Kekerasan," kata Netty.
Sedangkan Museum Batik Pekalongan, Jawa Tengah, menambah lima koleksi kain batik kuno milik Stephanie Belfrage, warga Australia.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Batik Pekalongan, Tanti Lusiana, mengatakan kain batik yang sudah berusia 30 tahun tersebut akan dipajang di Museum Batik setelah dilengkapi data historisnya.
"Tiga dari lima kain batik kuno itu masih dalam kondisi bagus, sedangkan dua lainnya sudah agak rusak," katanya.
Tumbuh 8 Persen
Kementerian Perindustrian menargetkan pertumbuhan Industri Kecil Menengah (IKM) batik hingga akhir tahun mencapai delapan persen sehubungan permintaan produk yang terus meningkat.
"Tahun ini, pertumbuhan IKM batik diproyeksikan naik satu persen dari realisasi tahun lalu sebesar tujuh persen. Di Indonesia, jumlah perusahaan batik mencapai 50.000 dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 100.000 karyawan," kata Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Euis Saedah, di Jakarta.
Setiap bulan, menurut Euis, perusahaan batik di dalam negeri terus bertambah akibat program Corporate Social Responsibility (CSR) dari Badan Usaha Milik Negara maupun perusahaan swasta.
"BUMN dan perusahaan swasta banyak mengalokasikan dananya pada perajin batik. Imbasnya, satu sampai dua perusahaan batik baru mulai bermunculan," katanya.
Untuk menambah tenaga ahli batik, lanjut Euis, Kemenperin terus melakukan pelatihan memproduksi batik kepada murid-murid Sekolah Menengah Atas.
"Kami terus mengintensifkan program pelatihan batik bagi murid SMA agar mencintai produk dalam negeri," katanya.
Euis menambahkan, produk batik dari Indonesia mulai digemari konsumen di Negeri Sakura.
"Pemerintah Jepang telah mengirimkan desainernya untuk membuat batik di Indonesia dan mengirimkannya kembali ke negara asalnya. Selain itu, pemerintah Jepang mengirimkan bahan baku seperti katun agar produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan konsumen," katanya. (Dn/Ant/Gs).